THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sunday 22 July 2018

It’s Just A Lost Smile

Foto Febyola Hutagaol.



It’s Just A Lost Smile



“Jadi, seperti apa tipemu?”

“Aku hanya butuh orang yang seperti diriku. Yang bila mencintai seseorang akan mencintai sepenuh hati” Ucapku sambil menghirup aroma coklat panas yang wanginya menentramkan jiwa.

Ari, sahabatku yang dari tadi menemaniku duduk menatap langit, mencoba mencerna kata perkata atas jawaban dari pertanyaannya. Kadang hidup memang seperti ini. Kau mencintai seseorang yang tak mencintaimu sungguh-sungguh. Klise, tapi menyakitkan.

“Apa dia tidak mencintaimu?” lanjutnya.

Sejujurnya aku tidak tau perasaan seseorang dimasa laluku seperti apa terhadapku. Apakah aku hanya persinggahan, atau aku adalah seseorang yang diinginkan tapi terbentur keadaan, atau dia ada seseorang yang lain disana yang dapat menjadi peluruh rindu bila ingin bertemu.

Aku meneguk kenikmatan dari gelas berisi coklat, meneguk perlahan untuk menikmati setidaknya masih ada yang bersedia menemani walau hanya segelas coklat.

“Aku tidak tau” Jawabku. Aku menatap Ari, sahabat yang hampir 6 tahun selalu ada. Ya, selain coklat aku masih punya Ari untuk dijadikan tempat berkeluh kesah dan kadang melampiaskan emosi jiwa.

Kadang aku merasa bodoh, bagaimana bisa aku tetap mengikatkan hati pada dia yang memilih pergi. Pergi untuk menjauh dan takkan pernah kembali. Hingga aku tersadar bahwa aku bukanlah rumah yang dia mau untuk menjadi tempatnya tinggal dan menghangatkannya di dalam dekapan.
Suasana hening. Tak ada suara berisik yang mencoba memecahkan keadaan saat itu hingga,

“Kamu masih belum yakin membuka hati untukku?”

Seketika aku tertawa, mencoba memecah kebisuan yang mungkin akan segera tercipta atas pertanyaan tadi. Sedikitnya sudah tiga kali pertanyaan ini terlontar olehnya.

“Bagaimana bisa aku membuka hati untuk sahabatku sendiri?  Aku mau kamu tetap jadi orang baik dan tidak menjadi jahat karna sudah meninggalkanku seperti yang pernah kualami kemarin oleh seseorang dimasa laluku.”

Coklatku mulai mendingin, aromanya pun mulai tak tercium. Kuteguk perlahan sembari menyusun kata-kata untuk menjelaskan bahwa aku takkan membuka hati untuk siapapun setidaknya untuk saat ini.

Lanjutku, “Aku mau kamu tetap disini, tetap temani aku. Kalau kamu pergi, aku akan sendiri dan Cuma sama segelas coklat seperti ini” aku tersenyum sambil menunjukkan gelas yang kupegang ke arahnya.

“Aku suka senyum itu. Senyum yang sempat hilang hanya karna kau kehilangan cintamu. Akhirnya sudah kembali.” Ari mengusap kepalaku. Aku tau dia pasti menerima jawabanku walau terdengar suaranya terasa berat. “Aku akan tetap disini, tetap temani kamu tak peduli dengan siapa akhirnya kita berjodoh. Aku akan tetap jadi sahabatmu.”

Aku memeluknya, memeluk sebagai seorang sahabat. Karna aku tau sahabat memang tidak akan meninggalkan.

*********


Handphoneku berdering. Sebuah pesan bertanya, “Kak jadi pulang minggu ini?” Mama mungkin mulai merindukanku, dia tau aku sedang menyendiri untuk menyembuhkan hati. Berharap perasaan ini segera pulih. Pulih dari dia yang memilih pergi.
a
“Iya Ma” Balasku. Aku kembali menatap laptop untuk membaca ulang cerpen IT’S JUST A LOST SMILE yang baru saja kubuat. Seandainya senyumku bisa kembali dengan cepat secepat cerpen ini tercipta mungkin aku akan bahagia.
THE END.

0 comments:

Yoolasch

Followers