THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Friday 8 September 2017

A Smile On That Day

Hasil gambar untuk smile



WRITTEN BY  FEBYOLA HUTAGAOL
Inspired by somebody whom has the most awesome smiling in the world.


Senyum, satu kata yang mampu dilakukan semua orang. Senyum yang tulus, senyum dari hati mampu membolak-balikkan dunia seseorang. Hal yang sepele, bahkan terlalu berlebihan jika dikaitkan dengan hati. Tapi, tanpa mampu menafikkan, ya duniaku memang berubah rotasi. Duniaku seakan berubah pada orang yang memberikan senyum itu. Sejak itu, senyuman itu seakan menjadi candu bak kafein yang ada di kopi favoritku.


“Lo nulis apaan dah? Serius amat.” Seseorang menepuk pundakku pelan. Seseorang yang sudah lama ku kenal, ntah berapa tahun lamanya. “skripsi lo ya?” lanjutnya sambil duduk di sampingku dan mencoba mencari tahu apa yang sedang kulakukan.

“Hmm...” ucapku sambil memandangnya sekilas.

“Anjiiirrr.. Iya dah sombong sementang sibuk skripsi jadi lupa sama gue. Ok finee!!!” Dia berdiri dan berlalu meninggalkanku.

“Hahaha jangan baper dong. Gitu aja ngambek”

Aku tau dia hanya bercanda. Bukan dia jika diperlakukan seperti itu terbawa perasaan. Dia terus saja berjalan, melangkah dengan pasti semakin menjauh. Dia, dia sahabatku. Sangat tak ingin kusebut namanya. Bukan aku malu, hanya saja terlalu canggung. Bukankah sahabat jadi cinta adalah hal yang lumrah? Tapi ntah kenapa terasa sesak jika mengingat bahwa kami adalah “sahabat”.

Dia, sahabatku, satu-satunya orang yang mampu membolak-balik duniaku hanya karena sebuah senyuman. Senyuman yang dapat diberi oleh siapapun, bukan hanya dia. Tapi sejak saat itu, senyum itu selalu terbayang. Apakah aku sudah gila? Atau hanya terlalu mengagumi sampai salah mengartikan perasaan ini?

Selama ini dia hanya orang biasa yang tak pernah sedikitpun terbesit rasa suka padanya, sama sekali. Dan bodohnya lagi, kenapa aku bisa jatuh cinta pada seorang sahabat yang aku tau dia mencintai seseorang yang bukan aku. Aku memang penyendiri, aku terbiasa memahami perasaanku sendiri. Tapi perasaan yang ini sungguh tak terselami.
                                                                           *****
“Lo tau ga sih apa yang bikin cewek terima kalo ditembak cowok?” Dia membuka buku-buku hukum yang kujadikan literatur skripsi. Hal percuma, karena aku sangat yakin dia takkan membaca isinya.
“Gue ga pernah nembak cewek. Jadi gue kagak tau”

“Idih bocaaahhh. Yaiyalah lo kagak nembak cewek, satu jenis lo woi.” Dia menutup buku yang dipegangnya dengan tatapan kesal “Tapi menurut lo aneh ga sih kalo suka sama sahabat sendiri?”

What? Pertanyaan macam apa itu? Aku kaget dan langsung menatap tepat di matanya. Aku tak bisa mengatakan apapun, aku mematung. Apa mungkin? Apa mungkin itu aku? Arrggh pemikiran konyol macam apa ini. “Sudah bukan jamannya cinta monyet. Kalo sekedar suka ga ada bedanya lo sama anak SMA”

“Kayaknya gue cinta deh. Soalnya perasaan ini udah dari waktu yang lamaaaa laaamaaaa laaamaaaaaaa banget.”

“Hmm seterah lo dah”

“Ck kok lo gitu sih? Pokoknya lo harus punya 1 hari full buat dihabiskan sama gue ya. Ada hal penting yang mau gue lakuin”

“Ogaaahhhhh”

“Ih gue ga mau tau lo harus ada waktu selama 1 hari penuh itu buat gue!” Dia langsung pergi meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan. Oh okay terlalu berlebihan. Dia meninggalkanku dengan berbagai pertanyaan. Siapa cewek yang dia suka sejak lama? Sahabat? Aku? Oh Damn! Kenapa aku jadi memikirkan ini sih?


                                                                               *****


Ternyata pepatah kita melakukan apapun demi cinta itu benar. Di waktu deadline skripsi ntah  kenapa aku bisa meluangkan sehari untuknya, untuk makhluk yang diciptakan Tuhan dengan senyum memesona sepanjang masa. Konyol, aku menjadi tolol saat jatuh cinta seperti ini.

“Thanks ya akhirnya bisa juga main bareng lo seharian ini. Gue seneng banget hahaha” Ucapnya sambil tertawa lepas. Lagi, aku merasakan getaran yang pernah kurasakan saat melihatnya. Oh God, aku benar-benar jatuh cinta pada ciptaanMu ini. Walaupun tak ada sepatah kata mengenai siapa perempuan yang disukainya, tapi siapapun dia, dia adalah orang yang paling beruntung mampu mendapatkan hati “sahabatku” ini. Dan aku berfikir bolehkah aku menjadi perempuan itu untuk sehari saja? Maka sehari itu akan kupergunakan sebaik-baiknya, bahkan jika hari itu berakhir setidaknya aku pernah berada di hatinya walau hanya sehari saja.

“Lo kenapa sih ngeliatin gue kayak gitu? Naksir lo? Hahaha”

Secara reflek aku memukul tangannya, antara berfikir aku ketahuan atau aku tak terima ditanya pertanyaan itu.

“Gue udah lama suka sama satu cewek. Lama banget. Gue nunggu tapi dia ga pernah datang, lagi. Sampai dua minggu yang lalu gue tau kabar dia udah balik lagi ke Jakarta dan gue samperin dia. Ternyata perasaan gue yang gue pikir udah hilang muncul gitu aja. Mungkin ga ya kalo gue bilang tentang perasaan gue, dia bakal nerima?” Dia, sahabatku itu memandang langit seakan ingin menemukan jawaban di sana. Tapi sayang, bintang hanya bersinar tanpa memberi jawaban.

“Jean udah balik dari Semarang dan ingin menetap lagi di Jakarta. Kira-kira gue harus gimana bilangnya?” Lanjutnya sambil memalingkan padangan dari bintang-bintang ke arahku. Seperti biasa lidahku kelut. Apa yang harus kukatakan? Terlalu perih mendengar kenyataan bahwa dia memendam rasa pada Jean yang juga sahabatku dulu. Aku sudah cukup tua bukan untuk menangis seperti anak kecil karena mendengar pengakuan ini?

Dengan terbata-bata aku katakan, “Katakan apa yang lo rasakan. Semuanya. Karena bakal sakit banget saat lo ga bisa bilang lo cinta, lo suka, lo kagum sama seseorang yang sebenernya orang itu ada di dekat lo. Saat lo udah menemukan cinta lo, jangan pernah lepasin. Keep holding on your love !” Aku memegang tangannya, memberinya semangat untuk meraih cintanya. Dia kembali lagi menatap langit dengan senyuman itu. 

Dan aku, aku hanya menatap wajah dengan senyum di bibirnya. Tapi aku bahagia, karena senyumnya mampu mengobati perasaan kecewaku karena cinta di masa lalu. Karena senyumnya mampu membuatku merasakan kembali bagaimana rasanya jatuh cinta. Karena senyumnya yang menghiasi hari-hariku. Walau jika suatu saat hatinya terluka karena cinta, biarlah dia mengobati lukanya dengan luka di hatiku, hingga aku bisa melihat senyum itu lagi, senyuman di hari itu. “Seandainya kamu tau bahwa hal yang paling kusuka adalah senyummu, apakah kamu mampu mencintaiku?” tanyaku dalam hati.



0 comments:

Yoolasch

Followers