THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Friday 19 August 2016

SETITIK RASA BANGGA UNTUK DIRIKU YANG PERNAH DIRENDAHKAN


Sebelum memulai tulisan ini, aku hanya mengingatkan bahwa tak ada sedikitpun niatan diriku untuk sombong atau gagah-gagahan. Hanya mencoba berbagi pengalaman dan semoga saja bisa bermanfaat atau memotivasi orang lain yang pernah merasakan hal serupa. Aku akan memulai dari awal mula masuk ke dunia “PERSKRIPSIAN”

Aku adalah salah satu anggota Tim Rekam Sidang TIPIKOR KPK – FH Untirta yang bertugas merekam dan mengamati jalannya persidangan. Sekitar akhir tahun 2014, ada sebuah perkara korupsi yang membuatku tertarik untuk meneliti hingga akhirnya menjadi penelitian skripsi di tahun 2016. Seorang terdakwa korupsi sebut saja A didakwa bersalah dan divonis 4 Tahun dengan denda 250 juta oleh hakim, dan ini lah awal mula kenapa aku tertarik meneliti. Menurutku ini tidak adil (please jangan mencaci, menghina atau merendahkanku lagi, masa itu sudah lewat!)bila dilihat dari latar belakang si terdakwa mengapa dia melakukan perbuatan keji itu karena dia diancam oleh atasannya dengan nonjob, tanda tangan si A dipalsukan untuk pencairan dana tertentu, si A memiliki keadaan yang cukup menyedihkan dengan rumah yang hampir rubuh dan anak yang masih kecil, lalu bila dia nonjob bagaimana kelanjutan hidup mereka? Disini si A salah dan aku pun tak membenarkan perbuatan keji itu, aku hanya ingin hakim memberi vonis yang lebih ringan (tak ada unsur titipan permintaan terdakwa pada penilitian ini). Otomatis karena pemikiranku dianggap melenceng oleh sebagian orang (perlu diingat seorang Jenius Thomas Alva Edison pun pernah dianggap orang gila karena memiliki pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orang disekitarnya), pemikiran gila ku ini pun mendapat kritikan termasuk oleh salah satu dosen bergelar doktor dan beberapa teman mahasiswa yang hanya tau kulitnya penelitianku.

Hingga ucapan seperti “ah penelitian lo bukan masalah, itu hakim udah benar kasih putusan. Hahaha ganti judul aja lo padahal lo baru seminar proposal. Hahaha udah seminar proposal dua kali ntar lo. Ah kamu tuh belain koruptor. Kamu kok belain terdakwa. ” sering aku dengar keluar dari mulut mereka. Bagi sebagian orang mungkin lucu, tapi bagi yang direndahkan seperti itu, sumpah itu menyakitkan.

Aku terus berusaha mematahkan pemikiran mereka dengan sering berkonsultasi dengan dosen dan membaca buku berisi teori-teori yang kata dosen pembimbing itu teori untuk S2 dan buku itu adalah buku-buku yang sulit untuk ditemukan sampai akhirnya somebody special pada saat itu bantuin hehe. Untuk mahasiswa sekelas strata 1 seperti ku tau apa sih tentang teori keadilan dan lain-lain sampai mencari di buku-buku filsafat? Tapi dengan tekad tak ingin direndahkan akhirnya aku mampu menyelesaikan skripsiku dengan tepat waktu dan diwaktu yang tepat hingga aku sidang skripsi pada tanggal 18 agustus 2016 kemarin.

Dengan rasa bahagia aku mendengar salah satu dosen pembimbingku sekaligus penguji memujiku dengan ucapan “begitu kamu pertama kali datang ke saya, saya pikir ini adalah tema yang menarik karena kamu datang dengan membalikkan pola pikir orang pada umumnya. Biasanya orang dengar korupsi sudah pasti memaki-maki, dihajar pasti salah. Sementara kamu datang dengan pendekatan yang jauh berbeda. Kamu bilang koruptor itu ga semata-mata salah lho. Karena ada sudut pandang lain yang bisa kita lihat. Saya sih sederhana saja waktu itu kamu cerita bla bla bla, eeeehhh masuklah pada konten keadilan, kemanfaatan, kepastian hukum. Kamu cerita tentang Nonetz, kamu cerita tentang Radbruch segala macam , tapi menurut saya ini adalah diskursus dan tema yang menarik karena hukum sampai kiamat sekalipun kita akan terus berpendapat apakah ini pasti ataukah adil seolah-olah kamu hadir ditengah-tengah perang pemikiran antara Hans dengan Austin dan kamu datang dengan pendekatan Radbruch.” Terima kasih atas pujiannya Bapak Ahmad Fauzi S.H., M.H.

Dan tak lupa juga komentar dari Bapak Ridwan S.H., M.H. selaku orang yang aku jadikan Role Model dalam akademik “Penelitian ini ditarik pada konteks keadilan substantif. Ini bisa jadi persoalan. Karena bila tidak dipakai ini bisa menjadi disparitas pemidanaan, dan itu menunjukkan sisi keadilan. Saya sering mencotohkan seseorang yang mencuri karena keterpaksaan dengan mencuri yang karena kebiasaan itu sanksinya harus berbeda dan itu adil. Karena didalamnya ada salah satu unsur keterpaksaan sama seperti ini dan Saudara sudah menunjukkan bahwa ada tanda tangan yang dipalsukan seharusnya ini menjadi suatu pemikiran tersendiri buat hakim bahwa disini ada pemaksaan. Bahwa suka atau tidak suka ketika seseorang dihadapkan pada paksaan dia ada pilihan dia melakukan atau tidak melakukan sekalipun itu ada resiko. Mungkin kalo dia tak pegang job dia khawatir anak istri ga makan. Dan akhirnya dia ambil dengan pemikiran semoga hal buruk tidak terjadi. Itu harus menjadi konteks pemikiran bagi hakim, tidak kemudian semua orang yang dipaksa kemudian mengikuti itu harus sama begitu sanksinya. Itu harus menjadi bahan pemikiran. Ini adalah bagaimana hakim memberi putusan pada suatu perkara dengan menggunakan hati nurani dan ini bisa dijadikan bahan penelitian

Bahkan setelah sidang seorang Doktor bernama Dr Benny mengatakan skripsiku adalah skripsi yang menarik dan aku sangat cocok jadi pengacara. Ya bila dilihat dari konteks “membela terdakwa mungkin” aku sangat cocok jadi pengacara tapi pengacara apa dulu. Aku kagum dengan sosok Yap Thiam Hien yang mengatakan “JIKA SAUDARA HENDAK MENANG PERKARA, JANGANLAH PILIH SAYA SEBAGAI PENGACARA ANDA KARENA PASTI KITA AKAN KALAH. TETAPI JIKA SAUDARA MERASA CUKUP DAN PUAS MENEMUKAN KEBENARAN MAKA SAYA MAU MENJADI PEMBELA SAUDARA”

So, gimana? Masih mau merendahkan orang lain yang mungkin dari luar orang tersebut terlihat tak berilmu tapi jika diadu siapa yang tau. Hal yang menyenangkan mungkin merendahkan orang lain, tapi itu sangat sakit jika ternyata orang yang direndahkan mampu terbang lebih tinggi daripada kamu kamu yang hobby merendahkan. Salam damai hehe


Note: 
terima kasih untuk Bapak Ridwan S.H.,M.H., Bapak Ahmad Fauzi S.H., M.H., Dr. Benny S.H., M.H., dan sahabat-sahabatku yang selalu kasih semangat Lysa, Citra, Ganis, Emil, Ita kalian luar biasaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

0 comments:

Yoolasch

Followers